seni rupa kontemporer merupakan salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi yang berkembang saat ini.
perbedaan seni rupa modern dengan seni rupa klasik antara lain seni rupa modern bersifat individualistis sedangkan seni rupa klasik tidak
seni rupa klasik bukan termasuk dalam golongan seni rupa kontemporer
sifat-sifat yang ditunjukkan oleh seniman kontemporer adalah :
a. pelukis yang mencoba teknik sapuan kuas yang berbeda
b. seniman yang mengadakan pameran seni rupa instalasi
c. pengrajin menciptakan keramik rumah tangga pesanan
d. Seniman eksplorasi teknik bahan baku baru untuk membuat patung keramik
art nouveau adalah aliran seni rupa yang berbentuk kurva-kurva halus ( garis lengkung)
ciri khas impresionisme :
a. goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa untuk memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek dari pada detailnya
b. warna dapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan. diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina
c.cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya
d. Bayangan dibuat dengan pencampuran warna komplementer
e. pengolahan sifat transparasi cat dihindari
salah satu tokoh aliran impresionisme adalah claude monet
ciri khas seni rupa kontemporer terletak pada media untuk menuangkan gagasan seniman
lukisan pada zaman pertengahan digunakan untuk alat propaganda dan religi. beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme
tokoh yang terkenal pada aliran kubisme pablo picasso
proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan lainnya, dan antara setiap bagian dengan keseluruhan pada suatu komposisi
yang termasuk dalam seni rupa dua dimensi yaitu lukisan
relif babilonia adalah seni relief yang mengandung tema keagamaan
perajin menciptakan keramik keperluan rumah tangga pesanan tidak menunjukkan sifat sebagai seniman kontemporer karena ide karyaberasal dari orang lain
lukisan potret monalisa yang sangat terkenal adalah hasil karya leonardo da vinci
Hasil bentuk budaya rupa dari mesir yang berupa tulisan huruf heologlif
Apresiasi dalam bahasa inggris disebut Apreciation yang berarti penghargaan
Salah satu ciri aliran impresionisme adalah bersifat menghindari pantulan cahaya
gerakan fungsi formalisme, seni kontemporer, atau ada pula yang menanamkan modernism mereupakan seni modernisasi
pada jaman prasejarah salah satu teknik dalam membuat suatu karya yang dilakukan orang-orang gua adalah membuat lukisan dengan menempelkan tangan didinding gua.
unsur yang ada didalam seni rupa antara lain titik,garis,arah,bangun, ukuran,gelap terang, warna dan tekstur
Warna merah memiliki warna berani, api, panas, marah, bahaya, aksi, gagah, hidup, riang, dan dinamis.
kontras adalah kesan yang didapat karena adanya 2 halyang berlawanan, misalnya adanya bentuk, ukuran, warna, atau tekstur yang berbeda.
pada surealisme ini penampakan sudah digayakan mendekati abstrak. tokohnya joan miro. paul klee, wilfredo lam.
membuat karya lukis yang memiliki ciri warna lebih meriah, gerakan lincah, emosi lebih tegas merupakan karya lukis pada aliran romantisme.
diera kontemporer banyak melahirkan bentuk seni yang baru semisal klik art, net art, dan video art atau video instalasi.
seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan jaman dulu dan berkembang sesuai jaman sekarang.
Selasa, 31 Juli 2012
tari serimpi yogyakarta
Tarian Serimpi adalah suatu jenis tarian yang diperagakan 4 putri ini masing-masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang Pendopo.
Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata serimpi adalah sinonim bilangan 4. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.
Konon, kemunculan tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan.
Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton.
Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3) Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, tari Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia.
Tema perang dalam tari Serimpi, menurut RM Wisnu Wardhana, merupakan falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbolik pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi dalam mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas karena dilakukan dengan gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain berupa : keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol.
Pakaian tari Serimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi.
Disamping keris digunakan pula “jembeng” ialah sebangsa perisak. Bahkan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII dijumpai pula tari Serimpi dengan alat perang pistol yang ditembakkan kearah bawah, pada akhir abad ke-19. Pola iringan tari Serimpi adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari dibarengi bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tarinya mempergunakan gendhing-gendhing tengahan atau gendhing ageng yang berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.
Tari Serimpi Sangopati (karya : Sinuhun Pakubuwono IX)
Tarian Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Serimpi sangopati. Kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati.
Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda. Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian Serimpi Sangopati.
Sesungguhnya sajian tarian Serimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap mengorbankan jiwanya.
Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan ketulusan. Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.
Sebetulnya sikap berani menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang menyebabkan kematian ayahnya yaitu Pakubuwono VI (pahlawan nasional Indonesia) yang meninggal akibat hukuman mati ditembak Belanda saat menjalani hukuman dibuang keluar pulau Jawa saat Pakubuwono VI meninggal Pakubuwono IX yang seharusnya menggantikan menjadi raja saat itu masih berada didalam kandungan ibunda prameswari GKR Ageng disebabkan masih dalam kandungan usia 3 bulan.
Maka setelah Pakubuwono ke VI meninggal yang menjadi raja Pakubuwono VII adalah paman Pakubuwono IX ketika Pakubuwono VII meninggal yang menggantikan kedudukan sebagai raja adalah paman Pakubuwono IX sebagai Pakubuwono VII. Baru setelah Pakubuwono VIII meninggal Pakubuwono menuruskan IX meneruskan tahta kerajaan ayahandanya Pakubuwono VI sebagai raja yang ketika itu beliau berusia 31 tahun.
Setelah Pakubuwono IX meninggal 1893 dalam usia 64 tahun beliau digantikan putranya Pakubuwono X atas kehendak Pakubuwono X inilah tarian Srimpi Sangupati yang telah diganti nama oleh ayahanda Pakubuwono IX menjadi srimpi Sangapati , dengan maksud agar semua perbuatan maupun tingkah laku manusia hendaknya selalu ditunjukkan untuk menciptakan dan memelihara keselamatan maupun kesejahteraan bagi kehidupan. Hal ini nampak tercermin dalam makna simbolis dari tarian srimpi sangopati yang sesungguhnya menggambarkan dengan jalan mengalahkan hawa nafsu yang selalu menyertai manusia dan berusaha untuk saling menang menguasai manusia itu sendiri.
Salah satu kekayaan Keraton kasunanan Surakarta ini tengah diupayakan konservasinya adalah berbagai jenis tarian yang sering menghiasi dan menjadi hiburan pada berbagai acara yang digelar di lingkungan keraton. Dari berbagai jenis tarian tersebut yang terkenal sampai saat ini adalah tari Serimpi Sangupati. Penamaan Sangupati sendiri ternyata merupakan salah satu bentuk siasat dalam mengalahkan musuh.
Tarian ini sengaja di tarikan sebagai salah satu bentuk politik untuk menggagalkan perjanjian yang akan diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar pihak keraton tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantai utara dan beberapa hutan jati yang ada, jika perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan.
Tarian Serimpi Sangaupati sendiri merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita dan di tengah-tengah tariannya dengan keempat penari tersebut dengan keahliannya kemudian memberikan minuman keras kepada pihak Belanda dengan memakai gelek inuman.
Ternyata taktik yang dipakai sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak Belanda tidak menyadari kalau dirinya dikelabui. Karena terlanjur terbuai dengan keindahan tarian ditambah lagi dengan semakin banyaknya minuman atau arak yang ditegak maka mereka (Belanda) kemudian mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya akan diadakan akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut maka beberapa daerah yang disebutkan diatas dapat diselamatkan.
Namun demikian yang perlu digarisbawahi dalam tarian ini adalah keberanian para prajurit puteri tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu. Karena jika siasat itu tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah mereka para penari tersebut.
Boleh dibilang mereka adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu berhasil dan tidaknya misi menggagalkan perjanjian tersebut. Sehingga untuk mengaburkan misi sebenarnya yang ada dalam tarian tersebut maka nama tari itu disebut dengan Serimpi Sangaupati yang diartikan sebagai sangu pati.
Saat ini Serimpi Sangaupati masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan saja. Dan adegan minum arak yang ada dalam tari tersebut masih ada namun hanya dilakukan secara simbol saja, tidak dengan arak yang sesungguhnya.
Perjanjian antara Keraton Kasunanan Surakarta dengan pihak Belanda tersebut yang terjadi sekitar tahun 1870-an.
MACAM – MACAM TARI SERIMPI YOGYAKARTA
Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.
Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.
Tari Serimpi Padhelori
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.
Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi PramugraPostingri adalah Gending Pramugrari.
Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata serimpi adalah sinonim bilangan 4. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.
Konon, kemunculan tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan.
Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton.
Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3) Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, tari Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia.
Tema perang dalam tari Serimpi, menurut RM Wisnu Wardhana, merupakan falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbolik pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi dalam mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas karena dilakukan dengan gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain berupa : keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol.
Pakaian tari Serimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi.
Disamping keris digunakan pula “jembeng” ialah sebangsa perisak. Bahkan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII dijumpai pula tari Serimpi dengan alat perang pistol yang ditembakkan kearah bawah, pada akhir abad ke-19. Pola iringan tari Serimpi adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari dibarengi bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tarinya mempergunakan gendhing-gendhing tengahan atau gendhing ageng yang berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.
Tari Serimpi Sangopati (karya : Sinuhun Pakubuwono IX)
Tarian Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Serimpi sangopati. Kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati.
Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda. Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian Serimpi Sangopati.
Sesungguhnya sajian tarian Serimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap mengorbankan jiwanya.
Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan ketulusan. Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.
Sebetulnya sikap berani menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang menyebabkan kematian ayahnya yaitu Pakubuwono VI (pahlawan nasional Indonesia) yang meninggal akibat hukuman mati ditembak Belanda saat menjalani hukuman dibuang keluar pulau Jawa saat Pakubuwono VI meninggal Pakubuwono IX yang seharusnya menggantikan menjadi raja saat itu masih berada didalam kandungan ibunda prameswari GKR Ageng disebabkan masih dalam kandungan usia 3 bulan.
Maka setelah Pakubuwono ke VI meninggal yang menjadi raja Pakubuwono VII adalah paman Pakubuwono IX ketika Pakubuwono VII meninggal yang menggantikan kedudukan sebagai raja adalah paman Pakubuwono IX sebagai Pakubuwono VII. Baru setelah Pakubuwono VIII meninggal Pakubuwono menuruskan IX meneruskan tahta kerajaan ayahandanya Pakubuwono VI sebagai raja yang ketika itu beliau berusia 31 tahun.
Setelah Pakubuwono IX meninggal 1893 dalam usia 64 tahun beliau digantikan putranya Pakubuwono X atas kehendak Pakubuwono X inilah tarian Srimpi Sangupati yang telah diganti nama oleh ayahanda Pakubuwono IX menjadi srimpi Sangapati , dengan maksud agar semua perbuatan maupun tingkah laku manusia hendaknya selalu ditunjukkan untuk menciptakan dan memelihara keselamatan maupun kesejahteraan bagi kehidupan. Hal ini nampak tercermin dalam makna simbolis dari tarian srimpi sangopati yang sesungguhnya menggambarkan dengan jalan mengalahkan hawa nafsu yang selalu menyertai manusia dan berusaha untuk saling menang menguasai manusia itu sendiri.
Salah satu kekayaan Keraton kasunanan Surakarta ini tengah diupayakan konservasinya adalah berbagai jenis tarian yang sering menghiasi dan menjadi hiburan pada berbagai acara yang digelar di lingkungan keraton. Dari berbagai jenis tarian tersebut yang terkenal sampai saat ini adalah tari Serimpi Sangupati. Penamaan Sangupati sendiri ternyata merupakan salah satu bentuk siasat dalam mengalahkan musuh.
Tarian ini sengaja di tarikan sebagai salah satu bentuk politik untuk menggagalkan perjanjian yang akan diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar pihak keraton tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantai utara dan beberapa hutan jati yang ada, jika perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan.
Tarian Serimpi Sangaupati sendiri merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita dan di tengah-tengah tariannya dengan keempat penari tersebut dengan keahliannya kemudian memberikan minuman keras kepada pihak Belanda dengan memakai gelek inuman.
Ternyata taktik yang dipakai sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak Belanda tidak menyadari kalau dirinya dikelabui. Karena terlanjur terbuai dengan keindahan tarian ditambah lagi dengan semakin banyaknya minuman atau arak yang ditegak maka mereka (Belanda) kemudian mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya akan diadakan akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut maka beberapa daerah yang disebutkan diatas dapat diselamatkan.
Namun demikian yang perlu digarisbawahi dalam tarian ini adalah keberanian para prajurit puteri tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu. Karena jika siasat itu tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah mereka para penari tersebut.
Boleh dibilang mereka adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu berhasil dan tidaknya misi menggagalkan perjanjian tersebut. Sehingga untuk mengaburkan misi sebenarnya yang ada dalam tarian tersebut maka nama tari itu disebut dengan Serimpi Sangaupati yang diartikan sebagai sangu pati.
Saat ini Serimpi Sangaupati masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan saja. Dan adegan minum arak yang ada dalam tari tersebut masih ada namun hanya dilakukan secara simbol saja, tidak dengan arak yang sesungguhnya.
Perjanjian antara Keraton Kasunanan Surakarta dengan pihak Belanda tersebut yang terjadi sekitar tahun 1870-an.
MACAM – MACAM TARI SERIMPI YOGYAKARTA
Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.
Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.
Tari Serimpi Padhelori
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.
Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi PramugraPostingri adalah Gending Pramugrari.
Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
tari bondan
Tari Bondan adalah tari yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.
Tari Bondan terbagi atas 3, yaitu :
1. Bondan Cindogo
2. Bondan Mardisiwi
3. Bondan Pegunungan/Tani
Tari Bondan merupakan bagian dari tari klasik yang merupakan tari gembira. Tarian ini mengungkapkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada putranya yang baru lahir. Pada tarian Bondan Cindogo terselip kisah sedih dimana satu-satunya anak yang ditimang-timang tersebut akhirnya meninggal dunia, sedangkan pada Bondan Mardisiwi tidak. Perlengkapan tari Bondan Mardisiwi sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo.
Kostum yang dipakai oleh penari Bondan Cindogo dan Mardisiwi adalah kain yang diwiron, jamang, dan baju kotang, dengan menggendong boneka dan memanggul payung di pundak. Pada jaman dulu dilengkapi dengan kendi, sedangkan sekarang kebanyakan tidak. Untuk Bondan Pegunungan penarinya memakai pakaian lazimnya seorang gadis desa yang dilengkapi dengan topi caping, menggendong tenggok dan membawa alat pertanian.
Musik yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah gending.
Di tahun 1960an, Tari Bondan adalah tari unggulan atau tari wajib bagi perempuan-perempuan cantik untuk menunjukkan siapa jati dirinya. Hampir semua penari Tari Bondan adalah kembang kampung. Tari Bondan ini juga paling sulit ditarikan karena sambil menggendong boneka, si penari harus siap-siap naik di atas kendi yang berputar sambil memutar-mutarkan payung kertasnya. Penari Tari Bondan biasanya menampilkan Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi memakai kain Wiron, memakai Jamang, baju kutang, memakai sanggul, menggendong boneka, memanggul payung, dan membawa kendhi. Untuk gendhing iringannya Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Sedangkan Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi gendhing.
Ciri tarian :yaitu mengenakan pakaian seperti gadis desa, menggendong tenggok, memakai caping dan membawa alat pertanian. Bentuk tariannya pertama melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton. Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo atau Mardisiwi.
Tari Bondan terbagi atas 3, yaitu :
1. Bondan Cindogo
2. Bondan Mardisiwi
3. Bondan Pegunungan/Tani
Tari Bondan merupakan bagian dari tari klasik yang merupakan tari gembira. Tarian ini mengungkapkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada putranya yang baru lahir. Pada tarian Bondan Cindogo terselip kisah sedih dimana satu-satunya anak yang ditimang-timang tersebut akhirnya meninggal dunia, sedangkan pada Bondan Mardisiwi tidak. Perlengkapan tari Bondan Mardisiwi sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo.
Kostum yang dipakai oleh penari Bondan Cindogo dan Mardisiwi adalah kain yang diwiron, jamang, dan baju kotang, dengan menggendong boneka dan memanggul payung di pundak. Pada jaman dulu dilengkapi dengan kendi, sedangkan sekarang kebanyakan tidak. Untuk Bondan Pegunungan penarinya memakai pakaian lazimnya seorang gadis desa yang dilengkapi dengan topi caping, menggendong tenggok dan membawa alat pertanian.
Musik yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah gending.
Di tahun 1960an, Tari Bondan adalah tari unggulan atau tari wajib bagi perempuan-perempuan cantik untuk menunjukkan siapa jati dirinya. Hampir semua penari Tari Bondan adalah kembang kampung. Tari Bondan ini juga paling sulit ditarikan karena sambil menggendong boneka, si penari harus siap-siap naik di atas kendi yang berputar sambil memutar-mutarkan payung kertasnya. Penari Tari Bondan biasanya menampilkan Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi memakai kain Wiron, memakai Jamang, baju kutang, memakai sanggul, menggendong boneka, memanggul payung, dan membawa kendhi. Untuk gendhing iringannya Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Sedangkan Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi gendhing.
Ciri tarian :yaitu mengenakan pakaian seperti gadis desa, menggendong tenggok, memakai caping dan membawa alat pertanian. Bentuk tariannya pertama melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton. Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo atau Mardisiwi.
komposisi tari
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa komposisi identik dengan lantaiatau posisi penari di atas pentas. Namun ada pula yang mengatakan bahwa komposisitari adalah segala sesuatu yang menimbulkan sebuah karya tari itu tercipta yang didalamnya terdapat pula apa yang disebut dengan pola lantai.Pada uraian selanjutnya, akan mengupas hal-hal yang berhubungan dengankomposisi tari.Karena tari sebagai bentuk seni, maka perlu kiranya anda mengetahui tentang pengetahuan komposisi tari yang juga lazim disebut dengan pengetahuan koreografi.Pengetahuan ini harus diketahui, dipahami dan dipraktikkanoleh seorang koreografer atau penata tari atau orang yang menciptakan tarian. Pengetahuan ini haruslah dipahamidan dijalankan terutama bagi penata tari yang masih pemula untuk menghasilkan suatuyang harus anda ketahui, yaitu antara lain Gerak tari sebagai momen/unsur pokoknya,musik/ iringan, tema, tata busana, tata rias, tempat, pentas, tata lampu.
1. Gerak Tari
Anda telah mengetahui bahwa elemen dasar tari adalah gerak. Halini telahdiuraikan dan dijelaskan pada modul yang terdahulu.Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang indah. Yang dimaksudkan degangerak yang indah adalah gerak yang telah diberi sentuhan seni. Gerak-gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni akan menghasilkan gerak yang indah.Misalnya gerak berjalan, larim mencangkul, menimba air di sumur, memotong kayudan sebagainya, jika diberi sentuhan emosional yang mengandung nilai seni, makagerak-gerak keseharian tersebut akan tampak lain.Berdasarkan bentuk geraknya, secara garis besar ada dua jenis tari, yaitu tariyang representasional, dan tariyang non representasional. Tari yang representasionaladalah tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas. Sedangkan tari yang nonrepresentasional adalah tari yang tidak menggambarkan sesuatu (lihat gambar dibawah ini)
Baik tari representational maupun non representational garapan geraknyaterkandung dua jenis gerak, yaitu gerak maknawi dan gerak-gerak murni
.
Yang dimaksud dengan gerak maknawi
ialah gerak yang mengandung arti jelas. Misalnyagerak ulap-ulap pada tari Jawa menggambarkan sedang melihat gerak menempel telapak tangan didada bisa mengandung arti sedih, gerak menirukan bertani, berbedak, bertepuk tangan dan sebagainya. Sudah barang tentu gerak-gerak maknawi tersebut telahmengalami stilisasi atau distorsi, yaitu gerak tersebut telah mengalami perubahan untuk dijadikan gerak tari.Adapun gerak murni ialah gerak yang digarap untuk mendapatkan bentuk yangartistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.
Gerak-gerak murni ini banyak digunakan dalam garapan- garapan tari yang nonrepresentasional.
Sedangkangarapan-garapan tari yang representasional banyak memerlukan gerak-gerak maknawi.
Namun demikian, dalam garapan tari representasional diperlukan pula gerak-gerak murni,
karena apabila garapan tersebut dipenuhi oleh gerak-gerak maknawi akan lebihmengarah ke bentuk pantonim.
Didepan telah dikemukakan bahwa gerak di dalam tari berbeda dengan gerak sehari-hari.
Gerak tari telah melalui perubahan atau dipindahkan dari gerak yangwantah diubah bentuknya menjadi gerak tari. Gerak tari tidak lepas dari unsur tenaga,ruang dan waktu.
Tenaga
Setiap kita melakukan gerak, pasti akan memerlukan tenaga. Tanpa tenaga,tidak mungkin dapat dihasilkan gerak yang baik, karena tenaga merupakan kekuatanyang akan mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak. Untuk lebih jelasnyasebagai contoh, misalnya jika anda menggerakkan tangan ke depan dan ke belakangdalam menari massal, agar gerakannya kelihatan seragam maka tenaga yang digunakanharus seragam pula, yaitu agar ayunan bisa sama.Penggunaan tenaga didalam gerak tari berbeda dengan penggunaan tenagadalam kebutuhan lain. Untuk itu harus memahami cara penggunaannya, karena penggunaan tenaga dengan baik akan memberi efek dinamika dalam sebuah tarian.Unsur tenaga di dalam tari menggambarkan suatu usaha yang menentukanmemberikan watak pada gerak.
Ruang
Diatas telah dikemukakan bahwa ruang adalah salah satu unsur pokok yangmenentukan terwujudnya suatu gerak. Mustahil jika suatu gerak lahir tanpa adanyaruang, karena setiap gerak yang dibuatnya memiliki disain ruangan dan berhubungandengan benda-benda lain dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian, penarisemata-mata dapat bergerak atau menari karena adanya ruang. Ruang di dalam taridapat dibedakan dariruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau tempat penari melakukan gerak.
a.Ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang langsung berhubungan dengan penari,
yang batas imajinasinya adalah batas yang paling jauh yang dapatdijangkau oleh tangan dan kaki penari dalam keadaan tidak pindah tempat.Misalnya jika anda bergerak menirukan burung terbang dengan menggunakankedua tangan ke atas dan kebawah, sejauh jangkauan ayunan tangan itulah yangdimaksud dengan ruang yang diciptakan oleh penari.
b.Ruang pentas atau tempat penari melakukan gerak adalah wujud ruang secara nyata, merupakan arena yang dilalui penari saat melakukan gerak.
misalnya Panggung, halaman terbuka lapangan dan lain – lain. Pokok permasalahan yang terkandung dalam ruang, baik itu berupa ruang yang diciptakan oleh penarimaupun ruang tempat menari, meliputi : Garis, volume, arah, level dan fokus.Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a)Garis, yaitu kesan yang ditimbulkan setelah menggerakkan tubuhsedemikian rupa dengan membentuk garis tubuh diluar garis tubuh yang alami.
Garis – garis ini menimbulkan kesan yang tidak berbeda dengan garis -garis dalam seni rupa.
Misalnya garis tubuhyang melengkungmenimbulkan kesan manis. Garis diagonal atau zig – zag menimbulkankesan dinamis. Garis tegak lurus memberi kesan tenang dan seimbang. Garisdatar memberi kesan istirahat dan sebagainya.
b) Volume, yaitu jangkauan gerak yang tergantung dari besar kecilnya ruangan yang digunakan seoerang penari. Misalnya, langkah ke depan dapatdilakukan dengan langkah pendek, langkah biasa dan langkah lebar. Gerakanini sama tetapi dilakukan dengan ukuran yang berbeda.
Dengan kata Dengan lain gerakan kecil bisa dikembangkan dan gerakan besar
dapat dikecilkanvolumenya.
c)Arah,yaitu arah hadap penari ketika melakukan gerak. Arah itu bisa kedepan, ke belakang, kesamping dan ke arah lainnya.
d)Level, berhubungan dengan tinggi rendahnya penari pada saat melakukangerakan. Ketinggian maksimal dicapai penari adalah pada saat melompat keudara dan ketinggian minimal dicapai ketika rebah dilantai.
e)Fokus, yaitu sudut pandang suatu perspektid penonton dan yang diperlukandalam melakukan rangkaian gerak.
Waktu
Waktu adalah elemen yang membentuk gerak tari selain unsur tenaga ruang dan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya,
karena merupakan suatustruktur yang saling berhubungan perannya saja yang berbeda. Elemen waktu berkaitandengan ritme tubuh dan ritme lingkungan. Gerak yang dilakukan dalam waktu sedangcepat maupun lambat akan memberikan daya hidup pada sebuah tarian. Unsur waktusangat berkaitan dengan unsure irama yang meberi nafas sehingga tampak hidup.
Dalam unsur waktu ada dua faktor yang sangat penting yaitu tempo dan ritme.
Tempo berarti kecepatan dari gerak tubuh kita, yang dapat dilihat dari perbedaan
panjang pendeknya waktu yang diperlukan.
Sedangkan ritme dalam ferak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak. Oleh sebab itu, ritme lebih mengarah ukuran cepat ataulambatnya setiap gerakan yang dapat diselesaikan oleh penari.Gerakan yang dilakukan dalam tempo yang cepat dapat memberikan kesanaktif dan menggairahkan, sedangkan gerakan lambat akan berkesan tenang, agung, atausebaliknya membosankan. Sebagai contoh, jika anda melihat suatu bentuk tarian andaakan melihat penari tersebut melakukan gerakan dengan tempo yang berbeda. Suatu saatgerakannya sangat lembut mengalun, saat berikutnya cepat dan menghentak. Jika suatu tarian gerakannya selalu dalam tempo yang lambat, penonton akan jenuh dan bosan.Sebaliknya jika selalu cepat akan memberikan kesan “melelahkan” dan membosankan pula.
Dari uraian mengenai gerak tari di atas dapat disimpulkan bahwa gerak dalam tari adalah gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak seni yang indah, yang gerakannya telah mengalami stitisersi ataupun distorsi dengan memperhatikan unsur tenaga, ruang dan waktu.
Desain Gerak dan Pola Lantai
Desain penataan arah gerak dalam tari dibagi menjadi dua pola yaitu :
1.Pola Simetrik Dalam pola simetrik akan memberikan kesan seimbang, tenang, dan bahkan statis. Penggunaan pola lantai simetrik tampak pada tari kelompok terutama jenistari rakyat. Pada tarian ini terdapat garis-garis sejajar, garis-garis lengkung, danlingkaran membentuk pola yang terkesan simetrik. Demikian juga dalam tari pergaulan di mana para penarinya berpasangan dalam suatu kelompok baik gerak maupun pola lantainya menunjuk pola simetrik.Gambar Jayaprana dan Layonsari .
2.Pola Asimetrik Pada pola asimetrik pola arah gerak penari akan memberi kesan ketidakseimbangan, tidak tenang, dan bahkan dinamis. Gambar Contoh pola lantai simetrik dan pola lantai asimetrik
a)Desain LantaiYang dimaksud dengan desain lantai adalah garis-garis yang dilalui oleh
seorang penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garislurus dan garis lengkung.Garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, ke samping, atau serong.Selain itu garis lurus dapat menjadi desain huruf V atau kebalikannya, segitiga,segiempat, huruf T, Y atau desin zig-zag, misalnya :Garis lurus memberikan kesan sederhana tapi kuat. Garis lurus banyak digunakanpada tari tradisional baik klasik maupun kerakyatan, teritama dariJawa Tengah. Garis lengkung dapat dibuat melengkung ke depan, ke belakang,ke samping dan serong. Dari lengkung ini dapat pula dibuat disain lengkungular, lingkaran, angka tiga atau delapan juga bentuk spiral, misalnya :
Desain Atas
Desain atas adalah desain yang membentuk pola atas lantai (biasanyaterbentuk oleh penari itu sendiri) dan terlihat oleh penonton. Ada 16 unsur dasar yangmasing-masing dapat digabungkan/ dimodifikasi
1)Datar
Postur tubuh penari yang dilihat oleh penonton (bukan yang dirasakan penari) hampir tanpa perspektif.
Desain ini dapat berbentuk vertikal, horisontal, kontras(berlawanan), murni, statis, lengkung, tinggi, medium, rendah, lukisanm garis lanjutan,dan garis tertunda. Jika diberi putaran seperempat saja, akan menjadi ‘desain dalam’.Desain yang secara konstruktif dangkal ini justru memberikan kesan keterbukaan,kejujuran, dan ketenangan.
2) Dalam
Penonton melihat penari dengan perspektif yang dalam. Hampir semua unsur desain dibawah ini (dari vertikal sampai garis tertunda) lebih mudah digarap dengandesain dalam. Terutama, untuk desain lengkung, lukisan, dan tertunda. Desain ini lebihmemberikan kedalaman emosi/ perasaan dari pada desain datar.
3) Vertikal
Penari membentuk garis ke atas dan kebawah. Desain dapat diterapkan pada semua unsur (kecuali horizontal).
Ia memberi rasa menjangkau keatas dan/atau ke bawah (lihat desain tinggi dan desain rendah), egosentris,dan cocok untuk suasanamenari diri dan pasrah.
4) Horizontal
Postur dengan anggota badan membentuk garis melintang. Desain ini dapatditerapkan pada semua unsur (kecuali vertikal) memberi rasa menjangkau keluar dankesadaran terhadap lingkungan. Cocok untuk suasana ekspresif/ mencurahkan.
5) Kontras
Postur yang menggarap garis-garis bersilang pada lekukan-lekukan yang berlawanan dan mengandung suatu kontinuitas garis dalam oposisi. Merupakan garis-garis kontras yang bisa berupa berabgai unsur (kecuali murni) dan dapat memberikansugesti kekuatan atau kebingungan.
Jika digarap sebagai pengembangan desain murniyang mendahului, akan tercapai sugesti pengembangan intelektual dan emosional
.
6) Murni
Postur tanpa garis-garis yang kontras. Garis-garis murni dapat mengubahsetiap unsur yang ada (kecuali garis berlawanan) garis yang paling sederhana ini dapatmemberikan sentuhan ketenangan.
7) Statis
Pose statis tapi bergerak. Garis statis dapat digunakan dalam semua desain,kecuali desain lukisan, garis lanjutan, dan tertunda. Garis ini memberi rasa teratur dan berisi. Kebanyakan tarian daerah timur digarap atas garis statis berupa seri dari pose pose yang mengalir yang disisipi garis lukisan dan kualitas dinamis. Tekanan dinamikatersebut dapat mengibaskan kesan ambisi dan nafsu.
8) Lengkung
Postur dengan badan atau anggota badan yang dilengkungkan. Garis lengkung(dalam semua unsur kecuali bersudut) dapat memberi kesan penonton dekat dengan penari atau perubahan dinamis dapat memberikan rasa egosentris.
9) Bersudut
Postur dengan badan atau anggota badan ditekuk membentuk sudut. Garis bersudut dapat digunakan dengan setiap unsur kecuali lengkung, spiral, garis lanjutan,dan tertunda. Garis ini dapat memberi sugesti penggunaan kekuatan secara sadar.
10) Spiral
Postur dengan badan dan anggotabadan berputar. Spiral merupakan serilingkaran naik-turun yang tak dapat digunakan pada garis datar, kontras, atau bersudut.
Penari yang berputar mengikuti alunan naik-turun dapat merasa dekat dengan penonton.
11) Tinggi
Menekankan ruang tari di bagian dada ke atas. Sesuai dengan sifatnya, aksengera yang dibuat pada bagian ini dapat menghasilkan sentuhan intelektual dan spiritual.Tarian pemujaan sedikit menggunakan anggota badan bagian bawah, tapi efek dapatdiatur atau dimanusiakan dengan memberikan tekanan gerak pada tubuh bagian atas ini.
12) Medium
Menekankan ruang tari antara bagian dada hingga pinggang. Aksen gerak tubuh bagian tengah ini dapat menimbulkan sentuhan emosi dan motivasi.
13) Rendah
Menekankan ruang tari di bagian pinggang ke bawah. Aksen gerak pada tubuh bagian bawah ini dapat memberikan gairah
14) Terlukis
Garis atau bentuk di udara yang terlukis lebih berkesan daripada anggota badan atau properti yang melukisnya.
15) Garis Lanjutan
Kesan garis yang terlukis di udara di luar jangkauan tubuh penari.
16) Garis Tertunda
Garis yang terlukis di udara oleh busana, rambut, atau properti, karena imbsgerak diluar motorik tapi terkontrol oleh kesadaran penari.
17) Lurus
Desain ini adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus pada anggota badan, seperti kaki, badan. Desain ini memberi kesan sederhana kokoh, tapi kalauterlalu banyak dipergunakan akan kurang menarik.
18) Simetris
Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempelkan garis-garisanggota badan yang kanan dan kiri berlawanan arah. Desain ini memberikan kesansederhana, kokoh, tenang.
19) Asimetris
Desain asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempelkan garis-garisanggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan. Misalnya lengan kanan ke atasdan lengan kiri ke bawah.
Desain ini memberikan kesan menarik dan dinamis.
Cobalah anda untuk mempelajari ke-19 desain diatas, dengan seksama,kemudian cobalah amati beberapa buah tari-tarian di Indonesia, menurut anda desain apa yang lebih dominan digunakan pada tari-tarian yang digunakan pada tarian tersebut.
Minggu, 29 Juli 2012
Tari Remo
Tari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu agung, yang ditampilkan baik oleh satu atau banyak penari. Tarian ini berasal dari Provinsi Jawa Timur.
Tari Remo berasal dari Jombang, Jawa Timur. Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
Tata Gerak
Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
Tata Busana
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.
Busana gaya Surabayan
Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.
Busana Gaya Sawunggaling
Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.
Busana Gaya Malangan
Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.
Busana Gaya Jombangan
Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.
Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.
Pengiring
Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remoadalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.
Kamis, 26 Juli 2012
materi klas 12
Pertumbuhan karya seni tari kreasi nonetnik
Karya seni tari di Indonesia dewasa ini berkembang pesat, hal ini ditandai dengan munculnya karya tari baru yang membanggakan para bagi para pecinta dan aktivis seni. Perubahan norma dan adat istiadat di era globalisasi mengiringi pula perubahan sikap,mental dan cara berpikir dapat menyebar kesegala aspek kehidupan. Seni tari sebagai aspek kehidupan akan mendapat imbasnya.
b. Tari Non etnik
Karya seni tari di Indonesia dewasa ini berkembang pesat, hal ini ditandai dengan munculnya karya tari baru yang membanggakan para bagi para pecinta dan aktivis seni. Perubahan norma dan adat istiadat di era globalisasi mengiringi pula perubahan sikap,mental dan cara berpikir dapat menyebar kesegala aspek kehidupan. Seni tari sebagai aspek kehidupan akan mendapat imbasnya.
b. Tari Non etnik
•Tari Nonetnik memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu;
1. Lebih mengutamakan reportoar pola
gerak hasil eksplorasi
2. Makna atau pesan dari tarian sebagai
ungkapan ekspresi pribadi
3. Menunjukkan kebebasan kreativitas
secara koreografer
4. Tidak menunjukkan identitas kultural
Tari nonetnik hadir setiap saat, tidak tergantung pada ikatan atau keharusan atau peraturan tertentu. Tari ini dapat disajikan kapanpun asalkan tidak mengganggu kepentingan umum.
Fenomena tari nonetnik dapat berkembang karena dilatar belakangi oleh faktor ekonomi. Hal ini terlihat dari persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidup, individu saling berkratifitas dengan ide inovatif yang menjadi modal dalam memperoleh finansial bagi pelaku didunia entertainmet.
Nonetnik dapat diartikan bukan tradisi, yang bukan ciri daerah tertentu, tidak bersifat kedaerahan
( kesemuanya bersifat modern karena menampilkan sajian tari yang menonjolkan bentuk baru )
Tari juga merupakan media bahasa ungkap, berupa ekspresi pribadi atau ungkapan masyarakat sosial budaya setempat yang hanya akan membatasi fungsi dan kebutuhan bagi manusia.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tari kelompok nonetnik
vBerlatih bersama secara tehnik
vMemiliki kemampuan teknik dan
praktis
vMembuat beberapa komposisi gerak
Langganan:
Postingan (Atom)